Maaf ku

Semakin ku teguk semakin aku kehausan, ku kira air ternyata DUNIA.....

 Berbahagialah jiwa yang senantiasa menjaga keistiqomahan dalam hidupnya, menjalani dengan rasa syukur dengan tulus serta ikhlas,. Tolak ukur kebahagiaan bukan seberapa banyak yang kita jumpai dan dapatkan melainkan wujud syukur apa yang kita pertontonkan.

Sesederhana memaknai kata dan cerita, namun ada banyak kesalahan yang sampai kepercayaan dipertaruhkan, sabar itu bermakna luas dan arti sempit dari tulus itu tidak berhuruf tidak bersuara namun dibuktikan dengan perbuatan.

Kesalahan terbesar manusia adalah ketika dia sudah mengetahui itu tidak benar namun masih saja dilakukan dengan orang yang sama, lantas kebenaran itu milik siapa? Allah tolong kami...

Banyak cerita disampaikan sebagai bentuk keterbukaan dan kepercayaan, banyak waktu sudah dihabiskan serta penjang perjalanan sampai tidak terhitung berapa banyak lagi jumlah persimpangan yang ada, namun suatu ketika kami terjebak bukan pada persimpangan jalan, namun kami terjebak di persinggahan yang seharusnya tidak kami singgahi.

Akhir dari perjalanan adalah mengenal diri atas kesalahan yang sudah terjadi karena memberanikan diri untuk tetap melewati persimpangan jalan, jika berjalan sesama penuh dengan kepercayaan dan keterbukaan maka hanya ada satu hal yang perlu sama dijaga. Apa itu? Ia adalah apa yang sudah dimulai maka selesaikanlah dengan berbagai bentuk konsekuensinya.

Pilihan tidak hanya pada sebatas pengetahuan dan rasa ingin tahu sebagai bentuk rasa penyesalan, melainkan siap untuk menunggu atau meninggalkan. 

Semua pilihan ada ditangan kita para pendosa yang ingin terlihat baik dihadapan Tuhannya seperti kita layaknya.

Sebagai bentuk rasa penyesalan dan kebodohan yang tidak dapat dimaafkan, semua aku pasrahkan dengan keadaan. 

Aku yakin Tuhan tidak pernah salah menitipkan rasa, MAAF 🙏